
Ada 3 jenis ayah di rumah tangga.
Pertama, ayah yang jika ia pulang ke rumah, dari suara motornya, dari suara mobilnya, ditakuti oleh anak dan istri. “Eh, ayah pulang…” Keluarga yang tadinya sedang nonton tv di ruang keluarga, jadi bubar jalan, masuk ke kamar masing-masing, kunci pintu. Istri panik. Pura-pura masak. Dialog kebatinan istri, “Duh, udah pulang aja. Ribet dah ini hidup. Banyak maunya mesti…” Tak jarang istri-istri dengan tipikal suami seperti ini memilih untuk tidur cepat menghindari keribetan dan kecanggungan.
Ini masuk kategori *AYAH YANG TAK DIRINDUKAN* kehadirannya. Kedatangannya justru mengerikan di top-of-mind anak-anak dan istri. Setiap pulang, dia akan penuh complain, menyalahkan, menyalurkan amarah di kantor yang tak tuntas dibawa serta pulang. Akibatnya pada ngacirlah itu anak dan istri cari kesibukan. Pada kategori ini Anda perlu diberikan peringatan “lampu merah”. Perlu cari solusi segera.
Kedua, ayah yang ketika ia pulang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Antara ada dan tiada. Salamnya diucapkan, salam dijawab oleh anak dan istri, tapi tidak ada penyambutan. Hidup nafsi-nafsi (sendiri-sendiri). Dia lewat di ruang keluarga ya lewat aja. Keep silent. Hidup di keluarga jadi terasa seperti di kos-kosan. Tinggal di atap yang sama, tapi urus kepentingan diri sendiri. Kebetulan saja dipersatukan oleh Kartu Keluarga. Itu saja bedanya.
Ini masuk kategori *AYAH YANG B AJA*. Biasa banget. Tipikal kebanyakan. Tidak ada kehangatan yang dibangun. Flat. Hidup dianggap sudah cukup ribet. Emosi disimpan. Emosi tidak boleh ditunjukkan karena dianggap lemah jika dikemukakan. Jadi diam dan flat adalah salah satu solusi untuk mengurangi keribetan hidup. Akibatnya, anggota keluarga pun mengikuti pola ini. Jadi flat. Dingin. Pada kategori ini, Anda perlu diberikan peringatan “lampu kuning”. Hati-hati. Jangan sampai situasi kondisi seperti ini berlarut dan makin memburuk. Nanti jatuh ke kategori “lampu merah” jika abai dengan sinyal ini.
Ketiga, ayah yang ketika pulang, dari jauh saja anak-anak sudah notice suara motor, mobil, atau naik kendaraan ojol sekalipun, anak udah sangat notice itu ayahnya pulang. Ia sudah ditunggu-tunggu sejak tadi. Anak-anak berteriak saat melihat ayahnya pulang. “Ayaaaaaah….. Ayah pulaaaaang…. Hore ayah pulaaaang…..”
Ini masuk kategori *AYAH YANG DIRINDUKAN*. Anak-anak dan bahkan istri berebut minta jatah untuk segera menceritakan betapa hari ini ada kejadian seru, lucu, haru, tidak nyaman, dan lain sebagainya saat mereka bersekolah hari ini. Di kondisi ini, istri diam-diam melihat suami yang model begini semakin kagum, bahagia, merasa beruntung. “Ya Allah, suamiku…. So sweet banget. Dia capek, tapi anak-anak begitu lengket dengannya… diladenin pula…Aku perempuan paling beruntung sedunia. Aku gak salah pilih jodoh…” Satu anaknya minta gendong. Satu lagi tarik tangan ayah. Satu lagi udah manjat di atas pundak si ayah.
Sebagai seorang ayah, Anda masuk kategori mana? Silakan renungkan. Lalu ambil keputusan apa saja yang perlu Anda ambil dan lakukan! Apapun keputusan Anda, semua ada konsekuensi logisnya di masa depan. Pastikan ambil keputusan yang menguntungkan untuk Anda ya…
Untuk mendapatkan informasi lengkap seputar Childhood Optimizer, sila klik linktr.ee/childhood.optimizer
Ada 3 jenis ayah di rumah tangga. Anda masuk kategori yang mana?