About Me

Tentang Childhood Optimizer

Vision
Childhood Optimizer mengajak orangtua mengoptimalkan masa kecil anaknya melalui strategi berbahasa dan bermain yang tepat, untuk membangun generasi EMAS.

Mission
Mengajak sebanyak-banyaknya para orangtua muda agar menjadi Childhood Optimizer bagi anaknya, melalui strategi berbahasa dan bermain yang tepat. Demi mempersiapkan BONUS DEMOGRAFI EMAS Indonesia di tahun 2045 yang mampu menjadi BERKAH, bukan MUSIBAH.

Tentang Diriku

Panggil aku Aad. Itu panggilan kesayanganku sejak kecil. Nama itu adalah pengulangan dari nama depanku, Adlil. Karena cukup sulit melafalkan Adlil, maka Aad terasa lebih mudah diingat.

Mama biasa memanggilku Umar. Mungkin karena aku orangnya tegas. Kadang ada juga yang menyangka aku galak. Padahal baiknya bukan main. Hahahaha. Selain itu, aku kerap dipanggil “Menteri”. Tak tahu kenapa. Mungkin itu doa mama padaku.

Aku lahir di Bukittinggi, Kampuang Nan Tujuah Kamang-Magek. Tak berapa lama sejak lahir, keluargaku pindah ke Riau. Ayahku bekerja di sebuah perusahaan swasta di Duri. Jadilah aku tumbuh di tanah melayu sejak balita.

Konon kata mama sejak balita aku gendut. Hanya saja, ketika lulus SD, aku mulai mengurus. Lulus SD, aku merantau ke Solo, Jawa Tengah. Aku dimasukkan ke pesantren modern Assalaam.

Sungguh, itu merupakan pengalaman yang luar biasa. Hidup bersama orang lain dari berbagai latar belakang suku, bahasa, kultur, membuatku menjadi orang yang selalu bisa cepat beradaptasi di lingkungan dalam bentuk apapun. Aku jadi punya toleransi tinggi terhadap perbedaan.

Setelah tiga tahun di pesantren modern, aku pindah ke boarding school di BSD Tangerang. Namanya SMU Insan Cendekia. Sekolah ini digagas Presiden Habibie. Di sini, pengalaman berasrama dengan lingkungan sekolah berstandar tinggi, membuatku punya pandangan lain dalam hidup. Di SMA ini ujian mental benar-benar teruji. Jatuh-bangun, gagal-berhasil, semua aku jalani. Sedih dan senang, dibagi bersama rekan sejawat. Alhamdulillah, persaudaraan dengan teman di Insan Cendekia (IC) sangat fenomenal. Sampai sekarang, aku merasa terhormat bergabung di komunitas Insan Cendekia.

Selanjutnya, aku pilih kuliah di Sosiologi Universitas Indonesia. Sebenarnya sudah diterima di STAN jurusan Akuntansi. Namun entah kenapa, kaki ini membawa kabur impian menuju UI Depok, meski pendaftaran ulang sudah ditutup. Intuisiku mengatakan bahwa feeling aku nggak dapat di STAN. UI mungkin lebih cocok bagi karakterku yang suka mengeksplor kemampuan diri.

Benar saja. Aku begitu suka dengan mata kuliah Sosiologi. Buktinya? Dalam kehidupan sehari-hari, aku kerap pakai kacamata seorang sosiolog dalam melihat satu kejadian. Apa itu? Melihat satu kejadian tak hanya sebagai kejadian an sich, tapi juga harus dilihat faktor sosial kenapa kejadian itu terjadi. Singkatnya, mampu melihat what is something beyond.

Kemampuan melihat apa di balik sesuatu itu, membuatku selalu berpikir kritis. Terbukti dari pemikiranku yang tertuang di tulisan yang kerap dimuat di koran nasional saat kuliah dulu.

Untuk menunjang pengembangan diri, aku beranikan diri bergabung ke PPSDMS. Sebuah lembaga pengembangan diri yang menuntut mahasiswa mengeluarkan potensi terpendanya.

Prestasi berkesanku saat kuliah paling tinggi adalah menjadi Runner-up Mahasiswa Berprestasi II FISIP Universitas Indonesia 2006. Juara I nya adalah Sofwan Al-Banna, teman sekamarku di PPSDMS juga, yang kemudian menjadi Mahasiswa Berprestasi I tingkat Nasional.

Aku sempat bergabung jadi reporter di Majalah Nebula–Komunitas ESQ Ary Ginanjar Agustian– Akhirnya, komunitas ESQ itu menjadi topik di skripsiku. Penelitian yang panjang dan melelahkan itu berhasil membawaku mendapatkan nilai A. Bergabung dengan komunitas dan menganalisis kekuatan dan kelemahannya merupakan kenikmatan tersendiri bagiku.

Kini aku bekerja di RCTI sebagai Program Tv Analyst. Posisi yang cukup strategis. Di industri kreatif yang serba dinamis ini menuntutku berpikir secara cepat, bertindak cepat, namun tetap harus penuh perhitungan.

Aku begitu menyukai dunia penulisan. Dengan menulis, kita bisa berbagi dan mempengaruhi pikiran orang lain. Jika pemikiran kita brilian, orang lain akan ikut kita. Jika pemikiran kita masih belum sempurna, kita akan dikoreksi. Di sinilah letak indahnya belajar lewat menulis. Bagus atau tidaknya tulisan Anda, tetap saja Anda dapat pelajaran.

Setelah belajar menulis sekian lama, aku memutuskan telah jatuh cinta pada gaya tulisan naratif (non-fiksi). Guru menulisku diantarnya: guru bahasa Indonesia SD, SMP, SMA, teman-teman di Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya Universitas Indonesia, Yudhistira Massardi (wartawan senior/ budayawan), Andreas Harsono (Independent Journalist), Fahri Salam, dan Anugerah Perkasa (Wartawan). Gaya tulisanku sekarang, tak lepas dari akumulasi ilmu mereka di atas.

Aku menyukai olahraga sepak takraw. Olahraga yang tak terlalu digemari semua orang, namun punya makna filosofis tersendiri bagiku. Berposisi sebagai tekong, membuatku bisa mengatur dan mengontrol permainan, agar rekanku bisa melakukan smash, demi meraih kemenangan. Waktu SD, aku juara 2 sepak takraw se-kecamatan Mandau. Selain itu, aku dan teman sekelas juga juara 3 bola voli se-kecamatan yang sama.

Selain menyukai olahraga, aku juga penggemar seni suara. Sejak SD, aku gemar mengaji dengan irama. Aku berlatih di Masjid Raya Sebanga-Duri. Hasilnya, lumayan ok. Juara 3 se-Riau untuk MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) tingkat belia tahun 1996. Saat pindah ke Solo, aku iseng-iseng ikut MTQ juga mewakili sekolah. Hasilnya, Juara 1 MTQ tingkat remaja tahun 1997. Tahun berikutnya, aku Juara 2 MTQ tingkat remaja dan sempat masuk camp untuk tingkat nasional. Namun gagal karena bersaing dengan peserta dari tingkat SMA. Mereka jauh lebih profesional dibandingkan aku.

Untuk karakter, kadang aku bisa tampil nyeleneh di tengah keramaian. Kadang juga bisa tampil diam seribu bahasa. Tergantung situasi dan kondisi yang dibutuhkan saja.

Oya, bagi teman-teman yang ingin tahu apa saja jenis tulisanku, ini dia beberapa list:

– Bangkitkan Diri dari Tidur’, Koran Jawapos, November 4th 2006

– OKP sebagai Intelektual Organik’, Koran Jawapos, September 2006

– Pendidikan Berbasis Realita’, Koran Jawapos, May 6th 2006

– Menari di Atas Uang Rakyat’, Koran Jawapos, March 17th 2006

– Independensi Tak Goyah karena Sponsor’, Koran Jawapos, March 2006

– Mengalah dan (lalu) Kalah’, Koran Seputar Indonesia, February 2006

– Mimpi Middle Up Class’, Koran Jawapos, January 2006

– Pagar Baru DPR, Public Sphere dan Effective Communication’, Koran Seputar Indonesia, January 4th 2006

– Membaca Peluang Televisi Islami’, dimuat di dalam buku ‘MengGenggam Televisi: Peran Televisi dalam Membangun Masyarakat Madani, Salam Press UI, 2005

– Ketika Reformasi Masih Mati Suri, Economica Magazine Edisi Perdana, 2005

– Berkembangnya Konsep Kapitalisme dalam Kebijakan Pemerintah, Koran Kampus Economica, FE UI

– Meredam Etnonasionalisme di Tanah Rencong, Indopos, August 2005

– Soe Hoek Gie: Mahasiswa (Setengah) Dewa, Indopos, August 2005

– Reduksi Political Marketing yang Pecah, Indopos, June 2005

– Soeharto Lengser, Miskin Blue Print, Indopos, May 2005

– Soekarno dan Kepahlawanan Pemuda, Indopos, November 2004

Sekarang, aku lebih concern menulis di blog karena bisa menulis bebas. Tidak terikat pada aliran apa Anda, tidak harus ikut mengusung nilai/karakter media tertentu. Silahkan kunjungi blogku: www.umarat.wordpress.com

Baru 2 tahun ngeblog, Alhamdulillah, sudah beberapa kali menang lomba blog. Yang paling berkesan adalah menang lomba blog dengan tema “Guruku Pahlawanku” yang diadakan oleh IDBerkibar. Tulisanku Gerakan Cinta Dari Garasi mendapatkan Juara 1 (satu), mengalahkan 1.027 postingan blog lainnya. Lumayan dapat Macbook Air. Saat itu, aku nulis tentang TK Batutis yang dibina oleh Pak Yudhistira Massardi.

Ada juga lomba menulis Anti-Korupsi. Tulisanku Republik Calo (Lapis Legit)! memenangkan hati juri yang digawangi oleh Enda Nasution (Bapak Blogger Indonesia). Tulisanku mendapatkan special mention dari juri dan hadiahnya HP Android merk Sony. Lumayan juga. Tulisanku yang sebenarnya kelebihan jumlah karakternya, ternyata tetap dinyatakan menang karena dianggap sebagai representasi citizen journalist yang berani berbicara hal tabu.

Kembali ke blogku umarat.wordpress.com, di sana Anda akan dapatkan tulisan ringan, dari hal kecil, keseharian, namun ada pelajaran hidup berharga darinya. Rencanyanya, blog ini harus jadi buku. Apapun caranya. Sekarang sedang proses penawaran ke penerbit. Mohon doa bagi semua pembaca blogku agar bukunya segera dicetak. Amin.